"TERIMA KASIH ANDA TELAH MENGUNJUNGI BLOG SAYA" INDRI RAHAYU PRADITYA: TULISAN SOFTSKILL

Jumat, 02 Maret 2012

TULISAN SOFTSKILL

Monyet oh No
Oleh Indri Rahayu Praditya

Pagi indah cerah
            Matahari yang tersenyum terlihat begitu bahagia
            Burung-burung bernyanyi merdu sekali, dan
            Bunga-bunga yang masih basah sisa embun

Dari kejauhan terdengan suara “Ayo ayo 2 lagi 2 lagi,” dan ternyata itu suara tukang angkot yang sedang menunggu penumpang.
Di ujung jalan terlihat gadis cantik yang sedang berjalan menuju angkot itu sambil berkata “Tunggu bang”.
“Ayo neng cepet,” membalas si abang angkot.

“Mala, Mala,” terdengar panggilan yang samar- samar
Mala yang sedang berjalan di koridor sekolah tetap mengacuhkankan suara itu.
“Mala, Mala, Mala,” lagi- lagi suara panggilan itu terdengar.
Mala menoleh dan didapati sahabatnya yang sedang sedikit berlari menghampirinya.
“Lo ini gue panggilin dari tadi ko gak nengok-nengok sih” tanya Merin
Merin adalah sahabat Mala. Begitu dekatnya mereka berdua. Rumah yang berdekatan, sekolah yang selalu sama sejak mereka masih taman kanak-kanak hingga kini mereka SMA.
“Abis suara Lo kecil sih makanya gue bingung suara itu manggil gue apa bukan” jawab Mala

            Di dekat tempat tinggal Mala dan Merin ada seseorang yang memelihara seekor monyet. Monyet yang dulunya dijadikan topeng monyet  namun sekarang tidak lagi karna monyet itu sudah berbeda pemiliknya. Monyet yang setiap hari dirantai di pohon depan rumah pak Malik, pemiliknya.
            Setiap hari anak-anak kecil mencoba mendekati monyet itu, Ucil panggilannya. Anak-anak itu melempari si Ucil dengan batu atau benda-benda yang di sekitarnya.
Sekarang hari minggu Mala yang sedang bersantai tiba-tiba dikejutkan suara yang menyebut-nyebut nama monyet. Mala langsung terkejut, keringat mulai bercucuran, tapi Mala tidak mau berfikir negatif dulu. Mala terdiam dan meyakinkan suara tersebut.
“Tolong, tolong ada monyet lepas,” suara itu terdengar semakin jelas.
Ternyata itu pak Malik pemilik monyet itu. Monyet itu terlepas karena rantainya terlepas dari pohon.
Kini keringat dingin bertambah banyak bercucuran pada Mala, jantungnya berdegup semakin kencang. Mala menuju pintu rumahnya, dia mencoba memberanikan untuk membuka pintu dan melihat dimana monyet itu. Namun suara minta tolong itu lama lama mendekat dan membuat Mala sangat takut.
Mala begitu takut pada monyet. Binatang berbulu lebat, jelek, bentuknya yang sedikit menyerupai manusia, dan agak menjijikan.
Pengalaman masa kecilnya Membuat Mala selalu mengingat kejadian itu. Saat Mala kecil ada tetangganya yang memelihara seekor monyet namun bukan Pak Malik. Setiap hari anak-anak selalu mengganggu monyet itu, Mala merasa kasihan namun tidak berani untuk mendekatinya karena dia takut anak-anak itu juga mengganggunya. Saat sore hari dimana anak-anak yang suka mengganggu belum terlihat, Mala menghampiri monyet itu sambil membawakan pisang. Sedikit demi sedikit Mala mendekat, tinggal sedikit jarak mereka dan tiba-tiba anak-anak nakal itu datang dan mulai mengganggu. Monyet itu panik dan takut lalu langsung mengambil pisang ditangan Mala dan menarik-narik rambut Mala. Mala panik dan berteriak sehingga membuat Pak Maryono keluar dan anak-anak itu pun lari karna takut dimarahi Pak Maryono. Itulah awal mula Mala mulai membenci monyet.

Tiba-tiba terdengar suara anak-anak yang berterik-teriak memanggil nama Ucil, mereka memerintahkannya untuk pindah ke satu tempat ke tempat lainnnya. Mala mendengar suara itu dan mulai ketakutan, namun Mala mulai memberanikan dirinya nya, Mala menengok ke jendela dan melihat tak didapatinya Ucil dia pun memberanikan untuk keluar pintu. Suara anak-anak yang memanggil-manggil Ucil semakin dekat terdengar. Kini Mala tak kuat lagi menahan rasa takutnya, akhirnya Mala masuk lagi kerumahnya.
Suara anak-anak sekarang berada di depan rumahnya. Ucil ada diatas atap rumah Mala, melompat-lompat seperti orang yang benar-benar sedang gembira karena kebebasannya.
“ayo Cil lompat ke pohon itu,” teriak anak-anak itu
“nguk, nguk, nguk,” jawab Ucil seakan dia mengerti apa yang di katakan anak-anak itu.
Sekarang Ucil lompat ke pohon mangga yang berada dihalaman rumah Mala. Mengambil buahnya dan melemparkannya ke arah anak-anak yang sudah menunggunya dibawah.
“Cil, Cil ambil yang itu Cil yang gede” kembali anak-anak itu berterikan
“nguk, nguk,” sambil melompat kearah buah yang di tunjuk, memetiknya, dan melemparkan kebawah”
Suara anak-anak dan Ucil kini tak terdengar lagi. Mungkin kini mereka telah pergi ke rumah yang lain. Mala sedikit demi sedikit mulai mencoba membuka hordeng di jendela dan berharap Ucil sudah tak ada di halaman rumahnya. Ditengoknya sekeliling dan tak didapati Ucil namun tiba-tiba ada 2 tangan kecil berbulu lebat yang menempel pada kaca jenderan rumah. Mala berharap tangan itu bukan milik Ucil. Pandangan nya mengarah pada tangan itu dan ternyata itu memang tangan Ucil monyet kecil yang berbulu lebat. Keringat bercucuran, badannya dingin, jantungnya seperti berhenti berdetak dan badannya mulai kaku seperti badan tak bernyawa.
Sambil menggedor-gedor kaca jendela Ucil berkata “nguk, nguk, nguk”.
Suara itu menyadarkan Mala. Ucil yang terus-menerus menggedor-gedor kaca jendela membuat Mala semakin takut. Mala menutup hordeng berharap Ucil segera pergi dari halaman rumahnya.

            Merin yang mengetahui ketakutan Mala terhadap monyet, menyarankan Mala untuk ke psikolog.
Mala mengikuti saran Merin. Mala di temani ayah dan ibunya pergi ke psikolog kenalan ayahnya. Psikolog itu menyarankan Mala untuk mempelajari habitat monyet, jenis monyet dan segalanya tentang monyet.
Akhirnya mala mengikuti suatu kegiatan yang mempelajari semua tentang monyet dan sejenisnya.
Semua dijelaskan pada Mala, kini Mala lebih banyak tau tentang binatang itu bahwa ada banyak jenis monyet, seperti simpanse, gorila, orang utan, dan lain-lain. Mala begitu antusias mempelajari tentang monyet. Saat ini Mala telah menyukai monyet, ya ternyata monyet itu tidak seburuk yang dia bayangkan.
Mala ingin sekali bermain dengan monyet dan monyet pertama yang ingin dia temui adalah Ucil namun sayang kini Ucil sudah tidak dipelihara Pak Malik karena ibu-ibu sekitar komplek tidak menyukai keberadaan ucil dan tingkah laku Ucil yang sering loncat- loncat di atap rumah, merusak tanaman sampai menghabiskan buah-buah yang ada di pohon halaman rumah mereka.
Mala bersama keluarganya pergi kekebun binatang dan sesampainya disana tempat yang dituju adalah tempat monyet. Ayahnya bahagia melihat Mala yang sudah mulai tidak takut dan menyukai monyet.
“sebentar lagikan liburan sekolah kalau kamu mau kita bisa pergi ke Bali, disana kamu bisa lebih dekat dengan monyet-monyet,” ucap ayah pada Mala
“Bener Yah? Aku mau banget, Yah kapan kita berangkat?,” jawab Mala dengan wajah yang berbinar- binar.
“iya bener ko La, awal minggu besok kita bisa berangkat”, jawab ayah dengan senyuman.
Mala yang begitu senangnya langsung memeluk ayah.
           
Tibalah liburan. Pagi ini mereka sekeluarga berangkat ke Bali melalui Bandara Sukarno Hatta. Kini mereka sudah sampai di Bali dan langsung menuju hotel.
Keesokan pagi nya mereka menuju .................. untuk melihat lebih dekat monyet-monyet.
Mala masuk duluan meningalkan keluarganya dibelakang. Monyet di kanan kiri, melompat kemana-mana. Mala tidak mau kalah dengan pengunjung lain yang memberikan kacang pada monyet-monyet itu. Di keluarkannya kacang dari tasnya dan langsung memberikan kacang- kacang yang ada di tangannnya.
Monyet-monyet itu mulai naik ke tangan Mala, ke bahu Mala, dan sekarang salah satu monyet berapa diatas kepala Mala.
“Hey jangan naik-naik dong, kalian pasti dapet ko kacangnya, ini di tas gue masih banyak,” ucap Mala yang sudah merasa risih dengan monyet-monyet.
Salah satu monyet menarik kalung yang terlilit pada lehernya.
“jangan ditarik-tarik kalungnya ini tuh pemberian ayah gue,” ucap Mala lagi yang mulai panik
“nguk, nguk, nguk,” ucap salah satu monyet. Entah mereka mengerti perkataan Mala atau bahkan mereka sedang meledek Mala.
“Tolong, tolong,” Mala berteriak saking takutnya
Ayah berlari menghampiri Mala. Mungkin karena sudah terlalu tak kuat menahan ketakutan akhirnya jatuh pingsan.
Mala terbangun dan dia sudah berada dikamar hotel.
“Mana kalung ku Bu?” tanya Mala pada ibunya
“Kamu sih kan tadi udah dibilang sama petugas kalau lebih baik kalung itu dilepas karna akan mengundang monyet-monyet itu melakukan sesuatu yang tak diinginkan,”
Bukannya Mala senang tapi kini dia malah bertambah benci pada monyet.

SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar