Monyet oh No
Oleh Indri Rahayu Praditya
Pagi
indah cerah
Matahari yang tersenyum terlihat begitu bahagia
Burung-burung bernyanyi merdu sekali, dan
Bunga-bunga yang masih basah sisa embun
Dari kejauhan terdengan
suara “Ayo ayo 2 lagi 2 lagi,” dan ternyata itu suara tukang angkot yang sedang
menunggu penumpang.
Di ujung jalan terlihat
gadis cantik yang sedang berjalan menuju angkot itu sambil berkata “Tunggu
bang”.
“Ayo neng cepet,” membalas
si abang angkot.
“Mala, Mala,” terdengar
panggilan yang samar- samar
Mala yang sedang berjalan di
koridor sekolah tetap mengacuhkankan suara itu.
“Mala, Mala, Mala,” lagi-
lagi suara panggilan itu terdengar.
Mala menoleh dan didapati
sahabatnya yang sedang sedikit berlari menghampirinya.
“Lo ini gue panggilin dari
tadi ko gak nengok-nengok sih” tanya Merin
Merin adalah sahabat Mala.
Begitu dekatnya mereka berdua. Rumah yang berdekatan, sekolah yang selalu sama
sejak mereka masih taman kanak-kanak hingga kini mereka SMA.
“Abis suara Lo kecil sih
makanya gue bingung suara itu manggil gue apa bukan” jawab Mala
Di dekat tempat tinggal Mala dan Merin ada seseorang yang
memelihara seekor monyet. Monyet yang dulunya dijadikan topeng monyet namun sekarang tidak lagi karna monyet itu
sudah berbeda pemiliknya. Monyet yang setiap hari dirantai di pohon depan rumah
pak Malik, pemiliknya.
Setiap hari anak-anak kecil mencoba mendekati monyet itu,
Ucil panggilannya. Anak-anak itu melempari si Ucil dengan batu atau benda-benda
yang di sekitarnya.
Sekarang
hari minggu Mala yang sedang bersantai tiba-tiba dikejutkan suara yang
menyebut-nyebut nama monyet. Mala langsung terkejut, keringat mulai bercucuran,
tapi Mala tidak mau berfikir negatif dulu. Mala terdiam dan meyakinkan suara
tersebut.
“Tolong, tolong ada monyet
lepas,” suara itu terdengar semakin jelas.
Ternyata itu pak Malik
pemilik monyet itu. Monyet itu terlepas karena rantainya terlepas dari pohon.
Kini keringat dingin
bertambah banyak bercucuran pada Mala, jantungnya berdegup semakin kencang.
Mala menuju pintu rumahnya, dia mencoba memberanikan untuk membuka pintu dan
melihat dimana monyet itu. Namun suara minta tolong itu lama lama mendekat dan
membuat Mala sangat takut.
Mala begitu takut pada
monyet. Binatang berbulu lebat, jelek, bentuknya yang sedikit menyerupai
manusia, dan agak menjijikan.
Pengalaman
masa kecilnya Membuat Mala selalu mengingat kejadian itu. Saat Mala kecil ada
tetangganya yang memelihara seekor monyet namun bukan Pak Malik. Setiap hari
anak-anak selalu mengganggu monyet itu, Mala merasa kasihan namun tidak berani
untuk mendekatinya karena dia takut anak-anak itu juga mengganggunya. Saat sore
hari dimana anak-anak yang suka mengganggu belum terlihat, Mala menghampiri
monyet itu sambil membawakan pisang. Sedikit demi sedikit Mala mendekat,
tinggal sedikit jarak mereka dan tiba-tiba anak-anak nakal itu datang dan mulai
mengganggu. Monyet itu panik dan takut lalu langsung mengambil pisang ditangan
Mala dan menarik-narik rambut Mala. Mala panik dan berteriak sehingga membuat
Pak Maryono keluar dan anak-anak itu pun lari karna takut dimarahi Pak Maryono.
Itulah awal mula Mala mulai membenci monyet.
Tiba-tiba terdengar suara
anak-anak yang berterik-teriak memanggil nama Ucil, mereka memerintahkannya
untuk pindah ke satu tempat ke tempat lainnnya. Mala mendengar suara itu dan
mulai ketakutan, namun Mala mulai memberanikan dirinya nya, Mala menengok ke
jendela dan melihat tak didapatinya Ucil dia pun memberanikan untuk keluar
pintu. Suara anak-anak yang memanggil-manggil Ucil semakin dekat terdengar.
Kini Mala tak kuat lagi menahan rasa takutnya, akhirnya Mala masuk lagi
kerumahnya.
Suara anak-anak sekarang
berada di depan rumahnya. Ucil ada diatas atap rumah Mala, melompat-lompat
seperti orang yang benar-benar sedang gembira karena kebebasannya.
“ayo Cil lompat ke pohon itu,”
teriak anak-anak itu
“nguk, nguk, nguk,” jawab
Ucil seakan dia mengerti apa yang di katakan anak-anak itu.
Sekarang Ucil lompat ke
pohon mangga yang berada dihalaman rumah Mala. Mengambil buahnya dan
melemparkannya ke arah anak-anak yang sudah menunggunya dibawah.
“Cil, Cil ambil yang itu Cil
yang gede” kembali anak-anak itu berterikan
“nguk, nguk,” sambil
melompat kearah buah yang di tunjuk, memetiknya, dan melemparkan kebawah”
Suara anak-anak dan Ucil
kini tak terdengar lagi. Mungkin kini mereka telah pergi ke rumah yang lain.
Mala sedikit demi sedikit mulai mencoba membuka hordeng di jendela dan berharap
Ucil sudah tak ada di halaman rumahnya. Ditengoknya sekeliling dan tak didapati
Ucil namun tiba-tiba ada 2 tangan kecil berbulu lebat yang menempel pada kaca
jenderan rumah. Mala berharap tangan itu bukan milik Ucil. Pandangan nya
mengarah pada tangan itu dan ternyata itu memang tangan Ucil monyet kecil yang
berbulu lebat. Keringat bercucuran, badannya dingin, jantungnya seperti
berhenti berdetak dan badannya mulai kaku seperti badan tak bernyawa.
Sambil menggedor-gedor kaca
jendela Ucil berkata “nguk, nguk, nguk”.
Suara itu menyadarkan Mala.
Ucil yang terus-menerus menggedor-gedor kaca jendela membuat Mala semakin
takut. Mala menutup hordeng berharap Ucil segera pergi dari halaman rumahnya.
Merin yang mengetahui ketakutan Mala terhadap monyet,
menyarankan Mala untuk ke psikolog.
Mala mengikuti saran Merin.
Mala di temani ayah dan ibunya pergi ke psikolog kenalan ayahnya. Psikolog itu
menyarankan Mala untuk mempelajari habitat monyet, jenis monyet dan segalanya
tentang monyet.
Akhirnya mala mengikuti
suatu kegiatan yang mempelajari semua tentang monyet dan sejenisnya.
Semua dijelaskan pada Mala,
kini Mala lebih banyak tau tentang binatang itu bahwa ada banyak jenis monyet,
seperti simpanse, gorila, orang utan, dan lain-lain. Mala begitu antusias
mempelajari tentang monyet. Saat ini Mala telah menyukai monyet, ya ternyata
monyet itu tidak seburuk yang dia bayangkan.
Mala ingin sekali bermain
dengan monyet dan monyet pertama yang ingin dia temui adalah Ucil namun sayang
kini Ucil sudah tidak dipelihara Pak Malik karena ibu-ibu sekitar komplek tidak
menyukai keberadaan ucil dan tingkah laku Ucil yang sering loncat- loncat di atap
rumah, merusak tanaman sampai menghabiskan buah-buah yang ada di pohon halaman
rumah mereka.
Mala bersama keluarganya
pergi kekebun binatang dan sesampainya disana tempat yang dituju adalah tempat
monyet. Ayahnya bahagia melihat Mala yang sudah mulai tidak takut dan menyukai
monyet.
“sebentar lagikan liburan
sekolah kalau kamu mau kita bisa pergi ke Bali, disana kamu bisa lebih dekat
dengan monyet-monyet,” ucap ayah pada Mala
“Bener Yah? Aku mau banget,
Yah kapan kita berangkat?,” jawab Mala dengan wajah yang berbinar- binar.
“iya bener ko La, awal
minggu besok kita bisa berangkat”, jawab ayah dengan senyuman.
Mala yang begitu senangnya
langsung memeluk ayah.
Tibalah
liburan. Pagi ini mereka sekeluarga berangkat ke Bali melalui Bandara Sukarno
Hatta. Kini mereka sudah sampai di Bali dan langsung menuju hotel.
Keesokan pagi nya mereka
menuju .................. untuk melihat lebih dekat monyet-monyet.
Mala masuk duluan
meningalkan keluarganya dibelakang. Monyet di kanan kiri, melompat kemana-mana.
Mala tidak mau kalah dengan pengunjung lain yang memberikan kacang pada
monyet-monyet itu. Di keluarkannya kacang dari tasnya dan langsung memberikan
kacang- kacang yang ada di tangannnya.
Monyet-monyet itu mulai naik
ke tangan Mala, ke bahu Mala, dan sekarang salah satu monyet berapa diatas
kepala Mala.
“Hey jangan naik-naik dong,
kalian pasti dapet ko kacangnya, ini di tas gue masih banyak,” ucap Mala yang
sudah merasa risih dengan monyet-monyet.
Salah satu monyet menarik
kalung yang terlilit pada lehernya.
“jangan ditarik-tarik
kalungnya ini tuh pemberian ayah gue,” ucap Mala lagi yang mulai panik
“nguk, nguk, nguk,” ucap
salah satu monyet. Entah mereka mengerti perkataan Mala atau bahkan mereka
sedang meledek Mala.
“Tolong, tolong,” Mala
berteriak saking takutnya
Ayah berlari menghampiri
Mala. Mungkin karena sudah terlalu tak kuat menahan ketakutan akhirnya jatuh
pingsan.
Mala terbangun dan dia sudah
berada dikamar hotel.
“Mana kalung ku Bu?” tanya
Mala pada ibunya
“Kamu sih kan tadi udah
dibilang sama petugas kalau lebih baik kalung itu dilepas karna akan mengundang
monyet-monyet itu melakukan sesuatu yang tak diinginkan,”
Bukannya Mala senang tapi
kini dia malah bertambah benci pada monyet.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar